Pencemaran
dan Penanganan Limbah Industri Pangan (Industri Tahu)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Limbah cair industri pangan mengandung
bahan organik yang tinggi, bila dibuang ke lingkungan tanpa diolah terlebih
dahulu akan menimbulkan dampak negatif berupa penurunan kualitas badan air
penerima. Kandungan bahan organik dalam limbah industri pangan memiliki bahan
organik yang tinggi dan dapat bertindak sebagai sumber makanan untuk
pertumbuhan mikroba. Dengan pasokan makanan yang berlimpah, mikroorganisme akan
berkembang biak dengan cepat dan mereduksi oksigen terlarut yang terdapat dalam
air.
Tahu merupakan salah satu jenis makanan
sumber protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh
masyarakat Indonesia. Sebagian besar produk tahu di Indonesia dihasilkan oleh
industri skala kecil yang kebanyakan terdapat di Pulau Jawa. Industri tersebut
berkembang pesat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Namun, di sisi
lain industri ini menghasilakan limbah cair yang berpotensi mencemari
lingkungan. Industri tahu membutuhkan air untuk pemrosesannya, yaitu untuk
prosees sortasi, peredaman, pengupasan kulit, pencucian, penggilingan,
perebusan dan penyaringan.
Air buangan dari proses pembuatan tahu
ini menghasilkan limbah cair yang menjadi sumber pencemaran bagi manusia dan
lingkungan. Limbah tersebut, bila dibuang ke perairan tanpa pengolahan terlebih
dahulu dapat mengakibatkan kematian makhluk hidup dalam air termasuk
mikroorganisme (jasad renik) yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan
biologis air, oleh karena itu penanganan limbah cair secara dini mutlak perlu
dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang
dimaksud dengan pencemaran?
2. Seperti apa
pencemaran limbah industri pangan itu?
3. Apa saja
karakteristik limbah cair?
4. Apa saja dampak
yang ditimbulkan limbah industri pangan terhadap lingkungan?
5. Bagaimana cara
pengolahan limbah cair industri pangan?
6. Bagaimana cara
pemanfaatan limbah industri pangan?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan
memahami pengertian pencemaran
2. Mengetahui
gambaran pencemaran limbah industri pangan
3. Mengetahui dan
memahami karakteristik limah cair
4. Mengetahui dan
memahami dampak yang ditimbulkan dari limbah industri pangan terhadap lingkungan
maupun manusia
5. Mengetahui dan
memahami cara pengolahan limbah cair industri pangan
6. Mengetahui dan
dapat mempraktekkan cara pemanfaatan limbah industri pangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pencemaran
Pencemaran lingkungan kadang-kadaang
tampak jelas pada kita seperti timbunan sampah di pasar-pasar, pendangkalan
sungai yang penuh kotoran, ataupun sesaknya napas karena asap knalpot ataupun
cerobong asap pabrik. Tetapi ada juga yang kurang nampak misalnya terlepasnya
gas hidrogen sulfida dari sumber minyak tua. Begitu pula musik yang memekakkan
telinga yang keluar dari peralatan elektronik modern. Ion fosfat dalam limbah
pabrik merupakan pencemar, tetapi merupakan rabuk yang baik bagi pepohonan.
Jadi yang dimaksud dengan pencemar
ialah bila berpengaruh jelek terhadap lingkungan. Lingkungan mempunyai
penyimpangan akibat pencemar itu. Yang mengotori atau mengubah susunan
lingkungan kita tidak dimasukan pencemar, kecuali kalau mempunyai pengaruh
jelek terhadap lingkungan. Setiap pencemar berasal dari suatu sumber tertentu.
Sumber ini penting, karena merupakan pilihan pertama untuk melenyapkan pencemar
itu. Setelah pencemar ini dibebaskan oleh sumber kemudian sampai kepada
penerima. Penerima inilah yang dipengaruhi oleh pencemar.
Menurut Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 yang dimaksud dengan
pencemaran adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air, udara/tanah dan atau berubahnya tatanannya (komposisi)
oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitasnya turun sampai
ke tingkat tertentu yang menyebabkan air, udara/tanah menjadi kurang atau tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Dengan semakin meningkatnya perkembangan
industri, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan yang
disebabkan oleh hasil buangan industri tersebut. Untuk mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh perkembangan industri, perlu
dilakukan upaya pengendalian pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu
lingkungan, termasuk baku mutu air pada sumber air dan baku mutu limbah cair.
Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat
atau bahan pencemar terdapat di dalam air tetapi air tersebut tetap dapat
digunakan sesuai dengan kriterianya, sedangkan baku mutu limbah cair merupakan
kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber
pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya
baku mutu air.
Air yang tersebar di alam tidak pernah
terdapat dalam bentuk murni, tetapi bukan berarti semua air sudah terpolusi.
Sebagai contoh, meskipun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan
udara yang bersih dan bebas dari polusi, air hujan selalu mengandung
bahan-bahan terlarut seperti CO2 O2 dan NO2 serta
bahan-bahan tersuspensi seperti debu dan partikel-partikel lainnya. Air yang
tidak terpolusi tidak selalu merupakan air murni, tetapi adalah air yang tidak
mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang
ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal untuk keperluan
tertentu, misalnya air minum (air leding, air sumur), berenang/rekreasi (kolam
renang, air laut di pantai), mandi (air leding, air sumur), kehidupan hewan air
(air sungai,danau), pengairan dan keperluan industri.
B. Pencemaran
Limbah Industri Pangan
Limbah industri pangan dapat
menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar
karbohidrat, protein, lemak, garam-garam mineral dan sisa-sisa bahan kimia yang
digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Sebagai contohnya, limbah dari
industri tahu, susu, pembekuan dan pengeringan makanan, industri pengolahan
daging, unggas, dan hasil laut dapat menimbulkan bau yang tidak diinginkan dan
polusi berat pada perairan bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang
tepat.
Kandungan bahan organik dalam limbah
industri pangan memiliki bahan organik yang tinggi dan dapat bertindak sebagai
sumber makanan untuk pertumbuhan mikroba. Dengan pasokan makanan yang
berlimpah, mikroorganisme akan berkembang biak dengan cepat dan mereduksi
oksigen terlarut yang terdapat dalam air. Secara normal, air mengandung
kira-kira 8 ppm oksigen terlarut. Standar minimum oksigen terlarut untuk
kehidupan ikan adalah 5 ppm dan dibawah standar ini akan menyebabkan kematian
ikan dan biota perairan lainnya.
Dalam pembahasan makalah ini, kami
fokus pada limbah industri tahu. Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber
protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat akrab dengan masyarakat
indonesia. Air buangan industri tahu rata-rata mengandung BOD, COD, TSS dan
minyak/lemak berturut-turut sebesar 4583, 7050, 4743 dan 26 mg/l. Bila
dibandingkan dengan baku mutu limbah cair industri produk makanan dari kedelai
menurut KepMenLH No. Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Inddustri, kadar maksimum diperbolehkan untuk BOD5, COD dan
TTS berturut-turu adalah 50, 100 dan 200 mg/l, sehingga jelas bahwa libmah cair
industri ini telah melampaui baku mutu yang dipersyaratkan.
Untuk menurunkan kandungan bahan
organik dalam air buangan industri tahu tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan metode fisika-kimia, biologis aerob dan pemanfaatan gulma air. Akan
tetapi, penerapan ketiga metode tersebut dalam skala riil khususnya di
Indonesia relatif sulit karena beberapa alasan, antara lain: metode dan operasi
relatif kompleks, kebutuhan jumlah koagulan besar dan biaya energi listrik
untuk aerasi tinggi, serta lahan fasilitas pengolahan yang relatif luas. Dengan
demikian, para pengusaha industri tahu sering membuang limbah ke badan air
tanpa pengolahan terlebih dahulu. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah
tersebut diperlukan metode pengolahan alternatif baru yang efektif, murah dan
efisien serta mudah dioperasikan.
C. Karakteristik
Limbah Cair
Secara umum karakteristik air buangan
dapat digolongkan atas sifat fisika, kimia dan biologi. Akan tetapi, air
buangan industri biaasanya hanya terdiri dari karakteristik kimia dan fisika.
Parameter yag digunakan untuk menunjukkan karakter air buangan industri pangan
adalah:
1. Parameter
fisika, seperti kekeruhan, suhu, zat padat, bau,dan lain-lain.
2. Parameter Kimia
Parameter kimia dibedakan atas :
a. Kimia Organik :
kandungan organik (BOD, COD, TOC), oksigen terlarut (DO), minyak/lemak,
Nitrogen-Total (N-Total), dan lain-lain.
b. Kimia
anorganik: pH, Ca, Pb, Fe, Cu, Na, sulfur, H2S , dan lain-lain.
Beberapa karakteristik limbah cair industri tahu yang
penting anatara lain:
1. Padatan
tersuspensi, yaitu bahan-bahan yang melayang dan tidak larut dalam air. Padatan
tersuspensi sangat berhubungan erat dengan tingkat kekeruhan air, semakin
tinggi kandungan bahan tersuspensi tersebut, maka air akan semakin keruh.
2. Biochemical
Oxygen Demand (BOD), merupakan parameter untuk menilai jumlah
zat organik yang terlarut serta menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh
aktivitas mikroba dalam menguraikan zat organik secara biologis di dalam limbah
cair. Limbah cair industri tahu mengandung bahan-bahan organik terlarut yang
tinggi.
3. Chemical Oxygen
Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi merupakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh oksidator (misal kalium dikhormat) untuk mengoksidasi seluruh
material baik organik maupun anorganik yang terdapat dalam air. Jika kandungan
senawa organik dan anorganik cukup besar, maka oksigen terlarut di dalam air
dapat mencapai nol sehingga tumbuhan, air, ikan-ikan dan hewan air lainnya yang
membutuhkan oksigen tidak memungkinkan hidup.
4. Nitrogen-Total (N-Total)
yaitu fraksi bahan-bahan organaik campuran senyawa kompleks antara lain
asam-asam amino, dan protein (polimer asam amino). Dalam analisis limbah cair,
N-Total terdiri dari campuran N-organik, N-amonia, nitrat dan nitrit. Nitrogen
organik dan nitrogen amonia dapat ditentukan secara analitik menggunakan metode
Kjeldahl, sehingga lebih lanjut konsentrasi total keduanya dapat dinyatakan
sebagai Total Kjeldahl Nitrogen (TKN). Senyawan-senyawa N-Total adalah
senyawa-senyawa yang mudah terkonversi menjadi amonium (NH4+)
melalui aksi mikroorganisme dalam lingkungan air atau tanah. Menurut Kuswardani
(1985) limbah cair industri tahu mengandung N-Total sebesar 434,78 mg/l.
5. Derajat
Keasaman (pH). Air limbah industri tahu sifatnya cenderung asam, pada
keadaan asam ini akan terlepas zat-zat yang mudah menguap. Hal ini
mengakibatkan limbah cair industri tahu mengeluarkan bau busuk.
D. Dampak Limbah
Industri Pangan
Limbah usaha kecil pangan dapat
menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar
karbohidrat, protein, lemak, garam-garam, mineral, dan sisa-sisa bahan kimia
yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Air buangan (efluen) atau
limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological Oxygen Demand ( BOD)
tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas dan
insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya
menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian
ikan dan biota perairan lainnya.
Limbah industri tahu adalah limbah yang
dihasilkan dalam proses pembuatan tahu maupun pada saat pencucian kedelai.
Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Limbah padat belum
dirasakan dampaknya terhadap lingkungan karena dapat dimanfaatkan untuk makanan
ternak, tetapi limbah cair akan mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang
langsung ke sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai. Limbah cair yang
dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami
perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat beracun atau
menciptakan media untuk tumbuhnya kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman
penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada tahu sendiri ataupun tubuh
manusia. Bila dibiarkan dalam air limbah akan berubah warnanya menjadi coklat
kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini akan mengakibatkan sakit pernapasan.
Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila
masih digunakan maka akan menimbulkan penyakit gatal, diare, dan penyakit
lainnya.
E. Pengolahan
Limbah Cair Industri Pangan
Berbagai upaya untuk mengolah limbah
cair industri tahu dicoba dan dikembangkan. Secara umum, metode pengolahan yang
dikembangkan tersebut dapat digolongkan atas 3 jenis metode pengolahan, yaitu
secara fisika, kimia maupun biologis.
1. Cara Fisika
Merupakan metode pemisahan sebagian dari beban pencemaran
khususnya padatan tersuspensi atau koloid dari limbah cair dengan memanfaatkan
gaya-gaya fisika. Dalam pengolahan limbah cair industri tahu secara fisika,
proses yang dapat digunakan antara lain adalah filtrasi dan pengendapan
(sedimentasi). Filtrasi (penyaringan) menggunakan media penyaring terutama
untuk menjernihkan dan memisahkan partikel-partikel kasar dan padatan
tersuspensi dari limbah cair. Dalam sedimentasi, flok-flok padatan dipisahkan
dari aliran dengan memanfaatkan gaya graviatasi.
2. Cara Kimia
Merupakan metode penghilangan atau konsevari
senyawa-senyawa polutan dalam limbah cair dengan penambahan bahan-bahan kimia
atau reaksi kimia lainnya. Beberapa proses yang dapat diterapkan dalam
pengolahan limbah cair industri tahu diantaranya termasuk koagulasi-flokulasi
dan netralisasi.
Proses netralisasi biasanya diterapkan dengan cara
penambahan asam atau basa guna menetralisir ion-ion terlarut dalam limbah cair
sehingga memudahkan proses pengolahan selanjutnya.
Dalam proses koagulasi-flokulasi, partikel-partikel
koloid hidrofobik cenderung menyerap ion-ion bermuatan negatif dalam limbah
cair melalui sifat adsorpsi koloid tersebut, sehingga partikel tersebut menjadi
bermuatan negatif. Koloid bermuatan negatif ini menarik ion-ion bermuatan
berlawanan dan membentuk lapisan kokoh (lapisan stern) mengelilingi partikel
inti. Selanjutnya lapisan kokoh stern yang bermuatan positif menarik ion-ion
negatif lainnya dari dalam larutan membentuk lapisan kedua (lapisan difus).
Kedua lapisan tersebut bersama-sama menyelimuti partikel-partikel koloid dan
membuatnya menjadi stabil. Partikel-partikel koloid dalam keadaan stabil
cenderung tidak mau bergabung satu sama lainnya membentuk flok-flok berukuran
lebih besar, sehingga tidak dapat dihilangkan degan proses sedimentasi ataupun
filtrasi.
Kogulan yang bisa digunakan antara lain polielektrolit,
alumunium, kapur dan garam-garam besi. Masalah dalam pengolahan limbah secara
kimiawi adalah banyaknya endapan lumpur yang dihasilkan, sehingga menimbulkan
penanganan yang lebih lanjut.
Selain kedua metode tersebut diatas, metode gabunan
fisika-kimia mencakup flokulasi yang dikombinasikan dengan sedimentasi juga
telah dicoba degunakan dalam skala laboratorium. Namun, penerapan metode
fisika, kimia atau gabunan keduanya dalam skala riil hasilnya kurang memuaskan
khususnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan beberapa faktor antara lain: metode
pengolahan fisika-kimia terlalu kompleks, kebutuhan bahan kimia cukup tinggi,
serta lumpur berupa endapan sebagai hasil dari sedimentasi menjadi masalah
penanganan lebih lanjut.
3. Cara Biologi
Cara biologi ini dapat menurunkan kadar zat organik
terlarut dengan memanfaatkan mikroorganisme atau penumbuh air. Pada dasarnya
cara biologi adalah pemusatan molekul kompleks menjadi molekul sederhana.
Proses ini sangant peka terhadap faktor suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan
zat-zat inhibitor terutama zat-zat beracun. Mikroorganisme yang digunakan untuk
pengolahan limbah adalah bakteri, algae atau protozoa. Sedangakan tumbuhan air
yang dapat digunakan termasuk gulma air (aquatic weeds).
Metode biologis lainnya yang juga telah dicoba diterapkan
dalam penanganan limbah cair industri tahu yaitu menggunakan proses lumpur
aktif (activated sludge) untuk mendegradasi kandungan organik dalam
bahan limbah cair tahu dan susu kedelai. Hasil yang dicapai dilaporkan secara
teknis cukup memuaskan, dimana diperoleh penurunan BOD terlarut, nitrogen dan
fosfor berturut-turut sebersar 95%, 67% dan 57%. Akan tetapi melihat tingkat
pengetahuan para pengrajin tahu khususnya di Indonesia yang relatif minim dalam
hal penanganan limbah dan faktor-faktor teknis lainnya, seperti biaya investasi
dan operasi cukup tinggi, luas lahan yang diperlukan cukup besar, serta
pengendalian proses yang relatif kompleks. Sehingga, penerapan metode ini
khususnya di Indonesia kurang berdaya guna. Hal ini dapat dilihat bahwa banyak
diantara pengrajin tahu membuang limbahnya ke perairan tanpa melalui pengolahan
terlebih dahulu.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, perlu dicari
metode pengolahan limbah cair yang lebih sederhana, efektif dan murah serta
mudah dioperasikan, sehingga dapat diterima dan diterapkan di Indonesia.
F. Pemanfaatan
Limbah Industri Pangan
Kemajuan ilmu dan teknologi menimbulkan
dampak positif bagi perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun di lain
pihak dampak negatifnya berupa makin banyaknya limbah yang dihasilkan dari
industri-industri tidak dapat dihindari. Untuk menanggulangi masalah
pencemaran, masyarakat harus mulai berfikir keras untuk memanfaatkan limbah
industri yang masih dapat dimanfaatkan. Hal ini akan mengurangi biaya
pengolahan limbah dan akan menambah pendapatan bagi masyarakat.
Industri tahu yang menghasilkan limbah
merupakan salah satu sumber pencemaran udara berupa bau busuk dan pencemaran
sungai yang ada di sekitar pabrik. Limbah yang dihasilkan pabrik tahu berupa
kulit kedelai, ampas dan air tahu masih dapat dimanfaatkan menjadi
produk-produk yang bermanfaat.
Pada proses pengolahan tahu akan
dihasilkan limbah berupa ampas tahu yang apabila tidak segera ditangani dapat
menimbulkan bau tidak sedap. Ampas tahu masih mengandung zat gizi yang tinggi
yaitu protein (26.6%), lemak (18.3%), karbohidrat (41.3%), fosfor (0.29%),
kalsium (0.19%), besi (0.04%), dan air (0.09%). Oleh karena itu masi
memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan dasar atau campuran pada proses
pengolahan pada produk tertentu.
Pada tahun 1990 ditemukan cara
pemanfaatan limbah cair tahu menjadi nata de soya yang jika dilakukan
bersama-sama oleh pengusaha tahu dapat mengurangi pencemaran sungai
akibat pembuangan limbah cair tahu di sekitar pabrik. Ampas tahu jua dapat
diolah menjadi produk makanan, salah satu alternatifnya adalah dibuat abon
ampas tahu.
Abon merupakan salah satu bentuk
diversifikasi makanan berbahan baku ampas tahu. Abon adalah produk hasil olahan
denan menggunakan teknik pengeringan untuk menghilangkan air yang terdapat
dalam bahan sehingga produk menjadi renyah. Pembuatan abon adalah salah satu
cara dalam berbagai macam teknik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai
ekonomi ampas tahu. Produk yang dihasilkan ini diharapkan memiliki kandunan
gizi yang tinggi dengan umur simpanan yang lama, karena berbentuk kering.
Dengan cara pengolahan yang baik, abon dapat disimpan berbulan-bulan tanpa
mengalami banyak penurunan mutu.
Pada dasarnya masyarakat lebih menyukai
produk lebih menyukai produk pangan yang siap dikonsumsi dan bergizi tinggi.
Abon dapat dijadikan pilihan sebagai makanan yang siap dikonsumsi karena abon
bisa disajikan sebagai lauk, bahan isi utama dalam pangan tradisional atau
hanya sebagai taburan dalam berbagai produk pangan atau menu makanan. Abon
sebagai salah satu bentuk produk olahan kering sudah dikenal masyarakat luas
karena harganya cukup terjangkau dan rasanya lezat.
Selain itu, limbah cair tapioka juga dapat diolah menjadi nata de
cassava dan limbah air kelapa dapat diolah menjadi
nata de coco. Limbah berupa sayur-sayuran dan sisa bahan yang tidak termasak, bisa diolah
menjadi pelet. Caranya, sisa makanan dicampur dengan dedak bekatul, kemudian
difermentasi dengan mikorba (ragi) selama beberapa hari. Pelet tersebut
kemudian dikemas dan dijual sebagai pakan ayam
atau ikan air tawar.
Tidak semua limbah bisa diolah menjadi
pelet. Beberapa di antaranya bisa diolah menjadi kompos dengan proses
fermentasi dan pencampuran pupuk organik. Hasilnya berupa pupuk organik
kualitas bagus yang mampu memperbaiki kondisi tanah dan mengembalikan unsur
hara yang hilang dalam proses budidaya tanaman. Pengomposan tersebut melibatkan
mikroba Nopkor di dalam tempat tertutup yang terlindung dari sinar matahari langsung. Caranya sebagai berikut
:
1. Siapkan bak
berukuran 200cmx100cmx30cm.
2. Masukkan limbah
organik ke dalam bak, atur merata sampai ketinggian 20cm dari dasar bak.
3. Campurkan pupuk
urea 0,75kg, SP-36 0,5kg, dan KCl 0,5kg.
4. Masukkan 2
liter mikroba Nopkor.
5. Masukkan limbah
organik sampai menutupi keseluruhan permukaan bak.
6. Tutup dengan
menggunakan karung goni. Biarkan beberapa hari.
Setelah 3 sampai 4 minggu, biasanya limbah telah berubah
menjadi kompos. Indikasinya berupa bentuk yang
menyerupai tanah dan tidak berbau. Kompos tersebut bisa dikemas dan dijual
sebagai pupuk.
Selain bermanfaat mengatasi pencemaran lingkungan, upaya
pengolahan limbah tersebut telah memberikan banyak manfaat secara ekonomis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 yang dimaksud dengan
pencemaran adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air, udara/tanah dan atau berubahnya tatanannya
(komposisi) oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitasnya
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air, udara/tanah menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Limbah usaha kecil pangan dapat
menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar
karbohidrat, protein, lemak, garam-garam, mineral, dan sisa-sisa bahan kimia
yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Air buangan (efluen) atau
limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological Oxygen Demand ( BOD)
tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol, panas dan
insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya
menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian
ikan dan biota perairan lainnya.
Berbagai upaya untuk mengolah limbah
cair industri tahu dicoba dan dikembangkan. Secara umum, metode pengolahan yang
dikembangkan tersebut dapat digolongkan atas 3 jenis metode pengolahan, yaitu
secara fisika, kimia maupun biologis. Namun, penerapan metode fisika, kimia
atau gabunan keduanya dalam skala riil hasilnya kurang memuaskan khususnya di
Indonesia. Hal ini dikarenakan beberapa faktor antara lain: metode pengolahan
fisika-kimia terlalu kompleks, kebutuhan bahan kimia cukup tinggi, serta lumpur
berupa endapan sebagai hasil dari sedimentasi menjadi masalah penanganan lebih
lanjut.
Limbah yang dihasilkan pabrik tahu berupa
kulit kedelai, ampas dan air tahu masih dapat dimanfaatkan menjadi
produk-produk yang bermanfaat. Pemanfaatan limbah cair tahu menjadi nata de
soya dan abon merupakan salah satu bentuk diversifikasi makanan berbahan
baku ampas tahu. Selain itu, limbah cair tapioka juga dapat diolah menjadi nata de
cassava dan limbah air kelapa dapat diolah
menjadi nata de coco. Limbah berupa sayur-sayuran dan sisa bahan yang tidak
termasak, bisa diolah menjadi pelet. Beberapa di antaranya bisa diolah menjadi
kompos dengan proses fermentasi dan pencampuran pupuk organik.
Selain bermanfaat mengatasi pencemaran lingkungan, upaya
pengolahan limbah tersebut telah memberikan banyak manfaat secara ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Firdauz, Srikandi. 1992. Polusi Air & Udara.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Jenie, Betty Sri Laksmi dan Rahayu, Winalti Pudji. 1993. Penanganan
Limbah Industri
Pangan. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Sastrawijaya, A. Tresna. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta:
PT Rineka Cipta
http://www.artikelkimia.info/jenis-jenis-limbah-industri-47150524082011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar